ADA banyak
perspektif yang dapat digunakan dalam melihat banyaknya bencana yang terjadi di
negeri ini. Namun, sebagai Muslim tentu kita harus meyakini bahwa semua bencana
ini adalah bagian dari ketetapan Allah Ta’ala. Dengan demikian, maka tidak ada
respon terbaik dari terjadinya musibah yang menimbulkan kesulitan dan kesusahan
dalam kehidupan ini melainkan semakin menguatnya iman dalam hati bahwa Allah
benar-benar Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Di sisi lain,
manusia mesti menyadari bahwa perkembangan ilmu dan teknologi yang dimilikinya
sama sekali tidak ada apa-apanya dengan kekuatan ilmu yang ada di sisi Allah
Ta’ala. Sungguh tak pantas manusia menepuk dada kemudian ingkar kepada Allah.
Untuk itu, sudah seharusnya umat Islam menjadikan terjadinya bencana ini
sebagai jalan terbaik untuk kembali kepada Allah Ta’ala.
Bayangkan, Gunung
Kelud yang baru ‘batuk’ saja sudah mampu menebar debu vulkanik yang cukup
berbahaya bagi kesehatan tubuh hingga ke wilayah-wilayah yang sangat jauh. Bahkan,
mampu melumpuhkan aktivitas penerbangan di beberapa bandar udara. Hal ini
menunjukkan bahwa kuasa Allah sangat luar biasa.
Memulai
Lembaran Ihsan
Tentu ada
kesedihan, duka dan penderitaan dari terjadinya musibah dan bencana yang
terjadi di beberapa wilayah di negeri ini. Tetapi, kita mesti meyakini bahwa
apa pun keputusan Allah, termasuk letusan gunung adalah suatu keputusan penting
yang tentu memberikan banyak manfaat bagi kehidupan manusia. Di sisi lain,
mungkin ada kehilangan harta benda yang cukup banyak akibat bencana yang
terjadi. Tetapi, betapa jiwa kita melihat dan merasakan sendiri bahwa ternyata
Allah benar-benar Maha Kuasa.
Di sisi yang lain
pula, bencana tersebut telah memperlihatkan bagaimana Allah menguji persaudaraan
dan kepedulian sesama umat di negeri ini. Saat bencana terjadi, berbagai
kelompok yang mengatasnamakan diri mereka ‘kelompok A-Z’ peduli bencana berbondong-bondong
datang memberikan segenap daya dan kemampuan untuk membantu meringankan beban
mereka yang langsung terkena dampak bencana.
Fakta-fakta ini menunjukkan
bahwa ternyata bencana atau musibah pada kenyataannya juga mendatangkan rahmat
Allah Ta’ala yang tidak sedikit. Bayangkan, betapa susahnya iman itu tumbuh dalam
hati dan mengakar kuat dalam kondisi biasa-biasa saja. Dengan musibah, mereka
yang mau berpikir dan merenung, tentu akan semakin meningkat kualitas
keimanannya.
Demikian pula
halnya dengan persaudaraan. Persaudaraan itu nikmat dari Allah yang sangat berharga.
Dalam kehidupan biasa-biasa saja, mungkin sangat sulit rasa persaudaraan dan
kepedulian tumbuh dan berkembang. Tetapi, dengan adanya bencana, banyak hati
tergerak untuk bahu-membahu saling peduli.
Jadi, bencana yang
mendatangkan duka, di sisi lain ternyata memberikan anugerah besar yang
menunjukkan bahwa Allah benar-benar Maha Adil, Maha Pengasih dan Maha
Penyayang.
Dalam buku “Dywan
Imam Syafi’i” yang di-ta’lif, Ta’liq wa Takhrij oleh
Syaikh Muhammad bin Abdurrahman, Imam Syafi’i berkata, “Duka itu merupakan
permulaan munculnya ihsan, dan takdir mendominasi segalanya. Yang terjadi
adalah apa-apa yang tertulis di Lauhul Mahfudz. Nantikanlah kesejahteraan
beserta penyebab-penyebabnya. Bersikap patuhlah selama engkau masih memiliki
nyawa.”
Allah
akan Mengganti
Pernyataan Imam
Syafi’i tersebut sangat patut untuk kita renungkan. Karena secara ilahiyah hal
itu bersinggungan kuat dengan apa yang Allah firmankan di dalam Al-Qur’an.
مَا
أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ وَمَن يُؤْمِن بِاللَّهِ يَهْدِ
قَلْبَهُ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
“Tidak
ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah; dan
barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada
hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. At
Taghaabun [64]: 11).
Mengenai ayat di
atas, Ibn Katsir dalam tafsirnya menjelaskan bahwa siapa saja yang ditimpa
musibah kemudian dia menyadari bahwa hal itu terjadi atas qadha’ dan takdir
Allah, lalu dia bersabar dan mengharapkan balasan pahala atas kesabarannya,
serta menerima keputusan yang telah ditetapkan oleh Allah terhadap dirinya,
maka Allah akan memberikan petunjuk ke dalam hatinya dan akan menggantikan apa
yang telah hilang dari dirinya di dunia dengan petunjuk dan keyakinan di dalam
hatinya.
Lanjut Ibn Katsir,
kadangkala Allah akan mengganti sesuatu yang diambil dari hamba-Nya dengan
sesuatu yang sama nilainya. Kadangkala Allah akan menggantinya dengan ganti
yang lebih baik.
Menurut Ali bin Abi
Thalhah, ayat tersebut memberikan penjelasan bahwa Allah akan memberi petunjuk
di dalam hatinya untuk benar-benar yakin, sehingga dia mengetahui bahwa apa
yang menimpanya itu tidaklah untuk menyalahkannya.
Pesan
Nabi
Dengan demikian
maka tidak patut seorang Muslim berlarut-larut dalam duka dan terus meratapi
apa yang dianggapnya menyusahkan. Juga tidak pantas seorang Muslim melihat
kejadian ini hanya sebagai suatu kebetulan. Karena pandangan seperti itu tidak
memberi manfaat positif apa pun selain akan menambah kerasnya hati dan akal
kita sendiri, sehingga sulit menerima kebenaran.
Sikap terbaik
adalah dengan mengembalikan itu semua kepada Allah, sehingga setiap kejadian
akan mendorong kita untuk semakin yakin akan kekuasaan Allah Ta’ala.
Dengan keyakinan
yang kuat, maka setiap Muslim akan menjadi manusia-manusia ajaib seperti yang
disampaikan oleh Rasulullah.
“Sungguh
menakjubkan keadaan orang Mukmin itu. Allah tidak menetapkan suatu keputusan
baginya melainkan keputusan itu adalah baik baginya. Jika ditimpa kesusahan, ia
bersabar, maka yang demikian itu lebih baik baginya. Jika mendapat kesenangan,
dia bersyukur, maka yang demikian itu adalah lebih baik baginya. Dan hal
tersebut tidak akan menjadi milik siapa pun kecuali orang Mukmin.” (HR.
Bukhari Muslim).
Dengan
demikian, mari kita jadikan terjadinya bencana atau musibah di negeri ini
sebagai media terbaik kita untuk tetap istiqomah dalam keimanan dan ketakwaan
dengan terus mengasah kemampuan diri untuk selalu bersabar dalam ujian dan
bersyukur dalam kenikmatan.
Posting Komentar