وَمَنْ يَتَّقِ الله يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجاً وَ يَرْزُقْهُ مِنْ
حَيْثُ لاَ يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلىَ اللهِ فَهُوَ حَسْبُهُ اِنَّ
اللهَ بَالِغُ اَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللهُ لِكُلِّ شَئٍ قَدِيْرًا (الطلا ق: 2-3)
“Barang
siapa yang bertawal kepada Allah niscaya Dia akan membutuhkan jalan keluar
baginya. Dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan
barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan
(keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya. Sungguh, Allah
mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu.”(At-thalak:
2-3).
Ayat
di atas menjelaskan tentang taqwa. Suatu bencana di muka bumi ini adalah peringatan,
peringatan agar manusia lebih dekat lagi kepada Allah SWT. Maka, wajiblah bagi
manusia apabila ia tertimpa musibah ataupun bencana hendaknya segera bertaubat dan
kembali bertaqwa.
Penjelasan
ayat diatas tidak berhenti sampai situ saja. Coba perhatikan ayat setelah
kalimat bertaqwa, Allah memberi seruan bahwa orang yang bertaqwa akan
diberi-Nya jalan keluar. Dengan taqwa datanglah petunjuk dari permasalahan dan
bencana yang sedang dihadapi. Itulah jalan keluar yang Allah janjikan setelah
bertaqwa. Tidak cuma itu saja janji Allah kepada orang bertaqwa, Allah juga menjanjikan
akan memberi rizki yang datangnya tidak terduga-duga. Rizki ini tidak diberikan
langsung dari langit. Melainkan dengan perantaraan yang dikehendaki-Nya.
Islam sebagai agama yang sempurna telah
memberikan pedoman yang lengkap bagi manusia dalam menghadapi berbagai
peristiwa, baik suka maupun duka. Nabi Muhammad SAW bersabda: "Sungguh
menakjubkan keadaan orang yang beriman, kerana semua perkara adalah baik
baginya, dan itu tidak terjadi kepada sesiapa pun kecuali kepada orang yang
beriman. Jika dia mendapat nikmat, dia bersyukur, maka itu
baik baginya. Jika dia ditimpa musibah, dia bersabar, maka itu pun baik
baginya." (HRMuslim). Begitu pula dalam
menghadapi musibah, Islam telah mengajarkan sikap terbaik dalam menyikapinya.
Lalu, bagaimana pedoman Islam bagi manusia
dalam menyikapi musibah? Bagi sahibul musibah (yang terkena musibah),
Islam memberikan pedoman seperti berikut :
1. Iman Dan Ridha Terhadap Ketentuan (Qadha') Allah
1. Iman Dan Ridha Terhadap Ketentuan (Qadha') Allah
Kita wajib beriman bahwa segala musibah yang terjadi
seperti gempa bumi, banjir, wabah penyakit adalah sesuatu yang sudah ditetapkan
oleh Allah SWT. Kita juga wajib menerima ketentuan Allah ini dengan
lapang dada (ridha). Allah SWT berfirman:
"Tiada suatu bencana pun yang menimpa bumi
dan pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuz)
sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi
Allah." (TMQ al-Hadid [57] : 22)
Kita wajib menerima takdir Allah ini dengan
penuh ridha. Bukan dengan perasaan geram atau marah kepada Allah SWT misalnya dengan
berkata, “Ya Allah, mengapa harus aku?” “Apakah dosaku ya Allah?”. Sikap yang
demikian tidak patut dilakukan seorang hamba. Allah SWT berfirman:
"Dia (Allah) tidak ditanya tentang apa
yang dilakukan, tetapi merekalah yang akan ditanya”. [TMQ
al-Anbiyaa` (21) : 23]
2. Sabar Menghadapi Musibah
2. Sabar Menghadapi Musibah
Menurut Imam As-Suyuthi dalam tafsir
al-Jalalain, sabar adalah menahan diri dari segala apa yang dibenci ‘al-habsu
li an-nafsi ‘alaa maa takrahu’. Sikap inilah yang wajib dimiliki ketika
kita menghadapi musibah. Selain itu, kita disunnahkan untuk mengucapkan
kalimat istirja’ ‘Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun’ ketika musibah
itu terjadi. Allah SWT berfirman :
"Dan sesungguhnya akan Kami berikan ujian
kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan
buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.
Orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna
lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun" . [TMQ al-Baqarah [2] : 155-156]
3. Memahami Hikmah Di balik sebuah Musibah
Seorang Muslim yang mengetahui hikmah (rahasia)
di balik musibah akan memiliki kekuatan mental yang baik. Berbeda dengan orang
yang hanya memahami musibah secara dangkal, dengan hanya melihatnya secara
zahir saja. Mentalnya sangat lemah dan mudah mengeluh atas segala musibah yang
menimpanya.
Musibah adalah salah satu jalan untuk
diampunkan dosa-dosa kita. Sabda Rasulullah SAW :
"Tiadalah seorang Mukmin yang ditimpa
musibah tertusuk duri atau lebih (teruk) daripada itu melainkan dengannya (musibah
tersebut) Allah akan menghapuskan sebahagian daripada dosa-dosanya." [HR Bukhari dan
Muslim]
4. Tetap Terus Berikhtiar
Ikhtiar adalah tetap melakukan berbagai usaha
untuk memperbaiki keadaan dan menghindarkan diri dari marabahaya yang muncul.
Kita tidak disuruh untuk berdiam diri atau pasrah berpangku tangan
bertongkat dagu dengan menunggu bantuan datang ketika musibah menimpa kita.
Beriman kepada ketentuan Allah bukan berarti
kita hanya duduk diam termenung dan meratapi nasib tanpa berusaha mengubah apa
yang ada pada diri kita. Allah SWT berfirman :
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah
keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka
sendiri." [TMQ ar-Ra’du (13) : 11].
5. Memperbanyakkan Berdo’a Dan Berzikir
Kita dianjurkan untuk memperbanyak do’a dan
zikir bagi orang yang ditimpa musibah. Orang yang mau berdo’a dan berzikir
lebih mulia di sisi Allah daripada orang yang enggan dan malas. Zikir dapat
menenteramkan hati orang yang sedang gelisah atau yang mengalami tekanan. Allah
SWT berfirman :
"Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah sajalah
hati menjadi tenteram." [TMQ ar-Ra’du (13) : 28]
6. Bertaubat
Tiada seorang hamba yang ditimpa musibah
melainkan ia adalah akibat daripada dosa-dosa yang dilakukannya. Maka sudah semestinya
dia perlu bertaubat nasuha kepada Allah SWT. Orang yang tidak mau bertaubat
setelah ditimpa musibah adalah orang sombong dan sesat. Allah SWT berfirman :
"Dan apa saja musibah yang menimpa kamu,
maka ia adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan
banyak (dari kesalahan-kesalahanmu)." [TMQ asy-Syuura (42) : 30]
Posting Komentar